Gangguan Perilaku dan Emosional {Tunalaras}
A.
Anak
dengan Kebutuhan Khusus
Anak
dengan kebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata
“Anak Luar Biasa” (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak dengan
kebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
Di Indonesia anak dengan
kebutuhan khusus yang terlayani adalah sebagai berikut :
1. Anak
yang mengalami hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra) khusunya buta
total, tidak dapat menggunakan indera penglihatannya untuk mengikuti segala
kegiatan belajar maupun kegiatan sehari-hari
2. Anak
dengan hendaya pendengaran dan bicara
(tunarungu wicara)
3. Anak
dengan hendaya perkembangan kemampuan fungsional (tunagrahita)
4. Anak
dengan hendaya kondisi fisik motorik atau tunadaksa
5. Anak
dengan hendaya perilaku ketidakmampuan menyesuaian diri (maladjustment) atau
tunalaras
B.
Perkembangan
Sosial dan Emosi
1.
Perkembangan Sosial
Perkembangan
merupakan serangkaian perubahan yang progresif terjadi akibat proses kematangan
dan pengalaman. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial disebut
sosialisaai, yaitu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan
dirinya terhadap rangsangan-rangsangan terutama tekanan-tekanan dan tuntutan
kehidupan (kelompoknya). Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence
dari perubahan yang berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk
sosial yang dewasa atau proses perkembangan tingkah laku yang dapat diterima
sesuai norma yang berlaku dalam suatu kelompok tertentu.
2.
Perkembangan Emosi
Perkembangan
Emosi secara umum dipengaruhi dua faktor penting yang berhubungan satu dengan lainnya,
yaitu kematangan dan proses belajar. Kematangan intelektual memungkinkan
seseorang kan ketegangan emosional pada objek tertentu.
Perkembangan
emosional mempunyai satu arah yaitu keseimbangan emosional yang diartikan
sebagai suatu pengendalian emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak
menyenangkan. Proses tersebut dapat dicapai melalui dua cara, yaitu dengan
mengendalikan lingkungan dan mengembangkan toleransi emosional, yaitu kemampuan
untuk menahan akibat emosi yang tidak menyenangkan.
A. PENGERTIAN
ANAK TUNALARAS
Istilah
tunalaras pada umumnya diasosiasikan dengan anak dan remaja yang sering menimbulkan keresahan dan keonaran, baik
disekolah maupun di masyarakat, seperti mencuri, mabuk, penggunaan ganja dan
obat terlarang, perkelahian, perkosaan dan sebagainya. Penyandang tunalaras
sangat heterogen, penyandang tunalaras tidak hanya membuat orang lain marah,
sedih, karena gangguan yang ditimbulkan. Mereka mempunyai hambatan sehingga
tidak mungkin menjalin hubungan interpersonal yang memuaskan.
Terbentuknya
prilaku anak-anak yang mengalami gangguan sosial diakibatkan oleh lingkungan
sekitar, dimana ia tinggal, faktor pendidikan dan pengawasan orang tua,
pertemanan, dan factor ekonomi. Faktor –Faktor tersebut sangat mempengaruhi
dalam membentuk kepribadian anak disaat masa pertumbuhan dan masa dalam
menemukan jati dirinya.
Anak
tunalaras tidak lantas di telantarkan saja, pemerintah mendirikan tempat
rehabilitas soSial untuk anak-anak tunalaras yang dimana mampu membimbing,
merubah sikap dan prilaku anak tunalaras menjadi lebih baik dan merubah
kebiasan buruk menjadi baik. Contohnya yang ada di Jakarta ialah PSMP Handayani
yang berada di wilayah Jakarta timur, yayasan tersebut di bawah pengawasan
dinas sosial dan pemerintah setempat.
Tempat
rehabilitas anak-anak tunalaras tersebut ditempatkan disana, dimana mereka
tinggal di asrama yang mana mereka mendapatkan banyak bimbingan dari para
pendidik di PSMP Handayani tersebut. Mereka yang menjadi anak asuh adalah
anak-anak titipan orang tua yang sudah tidak mampu mendidik atau mengawasi
anaknya. Dan banyak di antara anak asuh di titipkan oleh pengadilan yang sedang
mengalami proses hukuman pidana karena telah melanggar hukum. Anak-anak
menjalankan hukum pidana akan di rehabilitasi di psmp sampai pihak pengadilan
memutuskan anak tersebut akan menjalani masa rehabilitasi sesuai dengan keputusan pengadilan.
Disana
mereka akan mendapatkan pendidikan seperti sekolah pada umumnya dan adapun
keahlian mereka juga bisa di kembangkan di tempat itu. Dan mereka akan dilatih
bagaimana hidup mandiri dan melakukan hal yang positif. Rehabilitas sosial
bertujuan merubah dan mendidik anak asuh untuk menjadi lebih baik dan menjalani
hidup lebih positif agar terhindar dari hukuman pidana.
Selain
di sekolahan PSMP yang mahir dibidangnya dalam membimbing anak-anak yang
mengalami gangguan. Sekolahan ini juga mau menerima dan membimbing bahkan tidak
membedakan anak yang mengalami gangguan dengan anak tidak mengalami gangguan
pada umumnya, sekolahan ini bisa disebut dengan sekolah inklusif. Salah satunya
sekolahan yang ada di wilayah Jakarta Timur, yaitu sekolah SDN Kramat Jati 24
pagi. Di sini mereka tidak dibedakan dengan anak-anak pada umumnya, selain itu
mereka diberikan ilmu mereka juga dibimbing selayaknya anak normal pada
umumnya.
Disekolah
ini juga mereka diajari pelajaran layaknya sekolahan normal seperti baca, tulis
dan menghitung (calistung) dan diajari pula sopan santun maupun tata dan karma
dengan teman sebaya maupun orang yang lebih tua darinya, walau membutuhkan
bimbingan ekstra dari waktu maupun tenaganya. Dan disekolahan ini pula mereka
mempunyai guru yang ahli dalam bidangnya, mereka juga diberikan motivasi agar
mereka slalu semangat dalam belajar bahwa mereka bisa seperti anak-anak normal
pada umumnya.
B. Ciri-ciri Anak Tuna Laras
Penggolongan anak tunalaras secara
umum dapat ditinjau dari segi gangguan atau hambatan dan kualifikasi berat
ringannya kenakalan, dengan penjelasan Sebagai berikut :
1.
Menurut jenis gangguan atau
hambatan
a.
Gangguan Emosi
Anak tunalaras yang mengalami
hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu:
senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan. Secara umum emosinya
menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas.
Gangguan atau hambatan terutama tertuju pada keadaan dalam dirinya. Macam-macam
gejala hambatan emosi, yaitu:
· Gentar yaitu suatu reaksi terhadap
suatu ancaman yang tidak disadari, misalnya ketakutan yang kurang jelas
obyeknya.
· Takut yaitu reaksi kurang senang
terhadap macam benda, mahluk, keadaan atau waktu tertentu. Pada umumnya anak
merasa takut terhadap hantu, monyet, tengkorak, dan sebagainya.
· Gugup nervous yaitu rasa cemas yang
tampak dalam perbuatan-perbuatan aneh. Gerakan pada mulut seperti meyedot jari,
gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh sekitar hidung, seperti mencukil
hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung. Gerakan sekitar jari seperti
mencukil kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari. Gerakan sekitar
rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar rambut. Demikian
pula gerakan-gerakan seperti menggosok-menggosok, mengedip-ngedip mata dan
mengrinyitkan muka, dan sebagainya.
· Sikap iri hati yang selalu merasa
kurang senang apabila orang lain memperoleh keuntungan dan kebahagiaan.
· Perusak yaitu memperlakukan
bedan-benda di sekitarnya menjadi hancur dan tidak berfungsi.
· Malu yaitu sikap yang kurang matang
dalam menghadapi tuntunan kehidupan. Mereka kurang berang menghadapi kenyataan
pergaulan.
· Rendah diri yaitu sering minder yang
mengakibatkan tindakannya melanggar hukum karena perasaan tertekan.
b.
Gangguan Sosial
Anak ini mengalami gangguan atau
merasa kurang senang menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap
bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala,
menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya.
Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang
lain.
Beberapa data tentang anak tunalaras dengan gangguan sosial
antara lain adalah:
· Mereka datang dari keluarga pecah
(broken home) atau yang sering kena marah karena kurang diterima oleh
keluarganya.
· Biasa dari kelas sosial rendah
berdasarkan kelas-kelas sosial.
· Anak yang mengalami konflik
kebudayaan yaitu, perbedaan pandangan hidup antara kehidupan sekolah dan
kebiasaan pada keluarga.
· Anak berkecerdasan rendah atau yang
kurang dapat mengikuti kemajuan pelajaran sekolah.
· Pengaruh dari kawan sekelompok yang
tingkah lakunya tercela dalam masyarakat.
· Dari keluarga miskin.
· Dari keluarga yang kurang harmonis
sehingga hubungan kasih sayang dan batin umumnya bersifat perkara.
Salah satu contoh, kita sering mendengar anak delinkwensi.
Sebenarnya anak delinkwensi merupakan salah satu bagian anak tunalaras dengan
gangguan karena social perbuatannya menimbulkan kegocangan ketidak
bahagiaan/ketidak tentraman bagi masyarakat. Perbuatannya termasuk pelanggaran
hukum seperti perbuatan mencuri, menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok,
menodong, mengisap ganja, anak kecanduan narkotika, dan sebagainya.
C.
KARAKTERISTIK
PERILAKU
Secara
umum, yang dimaksud dengan gangguan emosi dan prilaku adalah ketidakmampuan
yang ditunjukkan dengan respon emosional atau prilaku yang berbeda dari usia
sebayanya, budaya atau norma sosial. Ketidakmampuan tersebut juga mempengaruhi
prestasi sekolahnya. Yang dimaksud dengan prestasi disini ialah prestasi
akademik, interaksi sosial dan keterampilan pribadinya. Ketidakmampuan ini
sifatnya menetap dan akan lebih tampak bila sang anak berada dalam situasi yang
dirasakan menegangkan olehnya.
Perilaku
ini memang paling menarik perhatian dibandingkan tipe lain dari gangguan
emosional da prilaku. Karakteristik dari masalah prilaku dan emosional ini
sangat bervariasi. Berikut ini akan digambarkan contoh dari tuna laras. Prilaku
ini dapat bersifat verbal maupun non verbal. Bentuk-bentuk prilaku ini biasanya
tampak adalah memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti
perintah atau permintaan, menangis maupun merusak.
Perilaku
semacam itu biasanya diperkuat dengan didapatkannya penguatan dari lingkungan
berupa status –dia dianggap hebat oleh temen sebayanya atau didapatkannya
sesuatu yang diinginkan , termasuk melihat temennya menangis karna dipukul
olehnya. Oleh sebab itu, dalam penanganan anak dengan prilaku ini, orang tua
maupun guru harus diperhatikan juga penanganan anak atas yang menjadi korban prilaku
tersebut.
D.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA
Ada
beberapa faktor permasalahan yang dialami oleh anak tuna laras diantaranya
yaitu, sebagai berikut :
a. Faktor
keturunan
b. Faktor
Internal, seperti permasalahan yang ada didalam keluarga (broken home)
c. Kurangnya
perhatian atau pengawasan orang tua dan guru terhadap pergaulan anak di
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah
d. Kurangnya
perhatian atau pengawasan orang tua dan guru terhadap kemajuan dari tekhnologi
seperti internet.
E. SOLUSI
Berikut solusi yang tepat dalam mengatasi
anak-anak yang mengalami gangguan, diantaranya:
a.
Orang
tua dan guru harus ikut serta dalam mengawasi kegiatan apa saja yang mau
dilakukan oleh anak tersebut
b.
Orang
tua dan guru juga harus slalu memperingati dan memberikan contoh dalam kehidupannya
bahwa itu tidak perlu dilihat bahkan ditiru karna dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain.
c.
Orang
tua dan guru harus sabar dalam membimbing dan mengawasi anak yang mengalami
gangguan tersebut.
d.
Orang
tua dan guru juga dituntut agar slalu memberikan motivasi bahwa dia bisa kita
pun juga bisa. Agar tidak ada lagi perbedaan antara anak normal maupun anak
yang berkebutuhan atau yang mengalami gangguan.
F. METODE
YANG DI PAKAI
Dalam menangani anak tuna laras
setiap pendidik mampu menghadirkan metode pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan bagi anak tuna laras. Dan di harapkan dapat merubah sifat dan
perilaku kearah yang lebih baik secara berkala.
a.
Prinsip
Kasih Sayang
Anak
tunalaras mempunyai karakteristik sosial emosional dengan gangguan kepribadian,
perlu pendekatan secara psikis dengan kasih sayang dari semua pihak baik
keluarga, sekolah, lingkungan ataupun masyarakat.
b.
Mengenal Individual
Peserta
didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka untuk anak tuna laras
perlu diperlihatkan sikap prilakunya secara individual agar pendidik mampu untuk menentukan program yang akan dirancang
agar perilaku yang menyimpang dapat dirubah menjadi lebih baik sesuai dengan
sifat dan prilaku peserta didik.
c.
Motivasi
Belajar
Motivasi
belajar bagi anak tunalaras bertujuan untuk memupuk daya akan kekuatan dari
dalam diri anak, agar mereka bergerak dalam melakukan kegiatan-kegiatan . Untuk
membangkitkan semangat belajar dengan cara memberikan materi yang menarik,
media yang sesuai, metoda tepat dan cara menyampaikan pelajaran yang
komunikatif.
d.
Praktek
Anak
tunalaras yang mengalami gangguan sosial emosional perlu pendekatan dengan cara
pembelajaran secara teori atau praktek. Peserta didik di harapkan mampu lebih
banyak melakukan kegitan praktek dikarenkan agar mereka mampu bergerak dan
memahami lebih cepat daripada dengan sebuah teori. Dengan praktek mereka mampu
lebih aktif dan melakukan sesuatu dan memahami apa yang pendidik ajarkan.
Bila
anak tunalaras sulit beradaptasi, diperlukan tindakan modofikasi tingkah laku
secara khusus dan terus menerus sampai dia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Pendekatan
bagi anak tunalaras :
a)
Pendekatan
psikoanalisis
Pembelajaran
dengan pensekatan psikoanalisi, membantu mengungkapkan hal-hal yang mendasari
patologi mental dalam usaha untuk meningkatkan fungsi kejiwaan yang tercermin
dalam tingkah laku dan prestasi.
b)
Pendekatan
psikologi pendidikan
Anak
tunalaras dengan gangguan psikiatrik ada penyimpangan perilaku yang menyebabkan
rendahnya prestasi belajar. dapat
c)
Pendekatan
humaniistik
Program
pendidikan bagi anak tunalaras diarahkan pada peningkatan pengarahan diri.
Kegiatan pembelajaran dalam situasi demokrasi, terbuka dan menyenangkan.
d)
Pendekatan
prilaku
Anak
tunalaras dengan perilaku yang menyimpang,yang nampak dianalisi untuk dapat
berubah sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
PENUTUP
Rangkuman
Dari penulisan makalah diatas maka
dapat penulis simpulkan bahwa:
1. Anak tunalaras adalah anak yang mengalami
gangguan perilku yaitu suka membuat keributan dan cemas orang lain;
2.
Permasalahan
yang dialami anak tunalaras adalah kurang mamilki pengetahuan bagaimana
bersikap, mengendalikan dan memantau perilaku sendiri;
3.
Prinsip
pendekatan bagi anak tunalaras yaitu : prinsip kasih sayang, prinsip
individual, motivasi belajar dan prinsip balajar dalam kelompok;
4.
Metode
yang digunakan dalam terapi permainan adalah metode yang bisa memotivasi
belajar menarik dan tidak membosankan.
Saran
Untuk Orangtua, Guru, dan Masyarakat yang berada dekat dengan anak yang
mengalami Gangguan Perilaku dan Emosional/Tunalaras :
1.
Orang
Tua
Orang
tua harus bisa menjaga anaknya mulai dari nasa hamil sampai melahirkan dan anak
tumbuh kembang. Orang tua juga harus memperhatikan anak dalam menjalani
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, Sekolah ataupun masyarakat
agar anak tidak mengalami prilaku yang menyimpang.
2.
Guru
Sekolah
Guru
harus memperhatikan cara pergaulan anak-anaknya disekolah, dan cepat mencegahnya
kalau seandaikan ada penyimpangan perilaku yang dialami oleh anak didiknya.
Seorang guru harus kreatif dalam pemilihan metode
pengajaran yang akan diberkan kepada peserta
didik, agar anak tidak termotivasi dan tidak cepat bosan dan jenuh dalam
belajar. Guru harus mengetahui dulu bagaiman karakteristik peserta didiknya
agar memudahkan dalam pemilihan metode
yang tepat untuk peserta didiknya.
3.
Masyarakat
Agar
masyarakat bisa menerima kehadiran anak yang mengalami gangguan prilaku atau
anak tunalaras. Masyarakat harus bisa menghargai anak-anak tersebut, karena
anak-anak itu butuh pujian, dihargai dan sebagainya. dan mengikutsertakanya
dalam semua kegiatan tanpa membedakan dengan anak normal yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Dra. Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi
Permainan Bagi Anak Yang Memerlukan Layanan Pendidikan Khusus. Jakarta : Depdikbud
Msc; Sunardi : Dr , ortopedogogik
anak tunalaras
Munandar, Utami, S.C (1987),
Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Jakarta : Gramedia.
Rini Hildayani, dkk. (2013)Penanganan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Jakarta: Universitas Terbuka
Tarmansyah, (1985), Pedoman Guru
Terapi Okupasional Untuk Anak Tunadaksa, Jakarta : Proyek PSLB Depdiknas.
Comments
Post a Comment